Wednesday, August 23, 2006

mati rasa

ternyata lebih baik disakiti orang yg lo sayangi daripada menyakiti orang itu. rasa sakit yg lo rasakan bisa berlipat2 rasanya jika lo menyakiti mereka. kalau lo disakiti seseorang, kemungkinan lo utk sembuh lebih memungkinkan, hanya masalah waktu saja. cepat atau lambatnya waktu yg dibutuhkan utk sembuh pun tergantung dari dosis obat penangkal yg lo suntikkan pada diri lo. smakin byk dosis yg lo pakai, pastinya waktu yg lo butuhkan smakin pendek, dan begitu juga sebaliknya. disakiti seseorang juga membuat lo smakin pandai dan pintar, baik otak dan hati lo. lo jd smakin berhati2, preventif, dan kalau pun lo terpeleset ke lubang yang sama dan terluka di tmp yg sama walau dgn penyebab yg berbeda, lo akan lebih cepat dan tangkas mengobati luka itu. mungkin waktu yang dibutuhkan utk mengobati itu pun smakin pendek dari sebelumnya, karena lo sudah tau obat2 apa saja yg diperlukan utk menyembuhkannya.

nah sekarang coba bayangkan jika lo adalah pihak yg menyakiti orang itu. menyakiti orang yg lo sayangi dan tentu saja menyayangi lo. mungkin orang akan mlihat lo sbg penjahat kelamin yg harus dibasmi dan disingkirkan dari muka bumi secepatnya. lo gak hanya akan dinilai, dicaci, dan dibenci orang, tapi ada satu hal yg akan terus menggelayut di dalam diri lo, yaitu rasa bersalah. rasa bersalah itu lebih kejam daripada siksaan apa pun lho. ya itu pun klo lo cukup manusiawi utk memiliki itu. mungkin kadarnya berbeda-beda ya utk tiap2 orang. contoh kecil, jika A atau B berselingkuh, belum tentu A dan B memiliki kadar rasa bersalah yg sama. mungkin A merasa sangat amat berdosa pada pasangannya, sdgkan B tetap asik2 menikmati hobinya itu tanpa memikirkan pasangannya.

saat lo menyakiti orang yg lo sayangi, ingin rasanya lo merasakan sakit yg dia rasakan. berdosa rasanya jika lo tidak berempati, bahkan jika perlu mengambil alih rasa sakit itu walaupun lo adalah penyebabnya. rasa bersalah betah mengendap di hati lo dan benar2 mengontrol diri lo. otak gak bisa lagi berpikir jernih dan logis. saat lo disakiti, dengan mudahnya lo memaksimal otak dan logika lo spy hati bisa diistirahatkan utk sesaat. tapi knp saat menyakiti seseorang, sulit skali mengistirahatkan hati lo? knp otak lo gak mampu lagi mengendalikan hati lo? knp tiba2 lo ingin menyiksa diri lo dan berharap lo yg disakiti bkn yg menyakiti krn lo tau jika lo yg disakiti lo bisa cepet sembuh? apa krn gw memang blm punya obat penangkalnya ya? apa krn slama ini gw lebih sering disakiti, jadi koleksi obat yg gw miliki banyak dan beragam hingga gw bisa menyuntikannya kapan pun?

andai gw bisa memilih.... :(

No comments: