Monday, June 12, 2006

benteng

ternyata membentengi hati itu lebih gampang daripada membukanya. lo dirikan benteng itu dgn susah payah dari pengalaman pahit dan pemikiran2 sempit lo. tiap kekecewaan dan kesedihan yg lo rasakan terus membuat pondasi benteng itu smakin kuat. begitu fokusnya lo membangun benteng itu agar kokoh, hingga membuat lo lupa membuat pintunya. lupa bahwa isi dari benteng itu sesekali perlu dikunjungi dan ditemani. sibuk membuat benteng itu spy terus kokoh agar isinya pun kuat dan "aman".

tanpa lo sadari, tnyata benteng itu menjadi bumerang bagi diri lo sendiri. lo menyalahkan sang tamu yg tak pernah mencoba masuk ke dalamnya. membenci sang tamu yg tak pernah membawakan "bunga" dan "coklat". menangis dan merenung pun menjadi pelipur lara lo untuk menutupi rasa kesepian lo. menyalahi sang tamu menjadi andalan lo utk mencari pembenaran atas smua tindakan yg lo lakukan. terus menyalahi dan enggan berkaca menjadi alat lo utk bertahan. impian akan gedoran pintu yg menggebu2 dan limpahan "bunga" dan "coklat" pun menjadi teman tidur lo. menunggu dan menunggu. dan ketukan itu pun tak kunjung datang...

hingga akhirnya lo terbangun dan sadar bahwa semua sudah terlambat. terlambat menyadari bahwa gedoran beserta "bunga" dan "coklat" itu tak kunjung datang krn tak ada pintu yg bisa didatangi. sang tamu tak bisa berkunjung krn tak ada pintu yg bisa diketuk, dibuka, dan dimasuki...

benteng yg telah lo bangun dengan susah payah malah membuat isinya lemah
takut untuk merasakan
tak mampu mencintai secara tulus dan tanpa pamrih

dan benteng itu pun membuat isinya mati krn sang tamu akhirnya menyerah utk masuk...

1 comment:

Anonymous said...

oohh nopem pem pem...
kau membuatku terharu dan terisak sak sak...